Alfian Ragil Permadi
PP3 PGSD Offering K3
Universitas Negeri Malang
e-mail
: n_gagil@ymail.com
ABSTRAK: Dewasa
ini, pendidikan menjadi salah satu hal yang terpenting.(1) Tidak hanya
pendidikan Informal, Formal tetapi pendidikan Non-Formal menjadi hal yang patut
diperhitungkan.(2) Pendidikan Non-Formal ini adalah pendidikan yang terjadi di
masyarakat dengan mengedepankan interaksi sosialnya.(3) Dengan pendidikan yang
mengacu pada interaksi sosialnya, lingkungan tempat interaksi yang baik atau
buruk akan berpengaruh seperti lingkungan kota yang banyak memiliki stresor.(4)
Kata Kunci: Pendidikan,
Pendidikan Non-Formal, Interaksi Sosial, Kota.
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh
orang yang memiliki ilmu pengetahuan kepada anak untuk mencapai kedewasaannya
dengan tujuan agar anak dapat hidup sebagai manusia dalam bermasyarakat tanpa
perlu bantuan orang lain. Di sini pendidikan bisa didapat dari keluarga
(informal), sekolah (formal) maupun masyarakat (non formal). Sebagaimana teori
jika manusia tidak bisa hidup sendiri, bisa diperkirakan jika pendidikan non
formal (masyarakat) akan cukup besar pengaruhnya. Dengan lingkungan
bermasyarakat yang kondusif pastilah pendidikan di ruang lingkup lain akan membaik.
Masyarakat adalah tempat anak memperoleh pendidikan non formal. Di
sini, anak akan melakukan interaksi dan meniru segala hal yang dilakukan
masyarakat lingkungannya. Hal ini tentunya sangat baik ketika lingkungan hidup
anak damai, tenteram dan terjadi banyak aktivitas bersama. Interaksi yang
dilakukan anak ini akan menjadi pendidikan non formal sebagai pengalaman hidup
anak di lingkungan masyarakat. Masyarakat tidak hanya sebagai pendidik tetapi
juga sebagai petugas hukum untuk menegakkan aturan di lingkungan tersebut agar
anak-anak mereka tidak menyimpang dan benar dalam mendapatkan informasi yang
dibutuhkan anak. Sayangmya hal ini tidak selamanya terjadi sesuai harapan,
yaitu ketika lingkungan hidup anak hanya terjadi sedikit aktivitas bersama atau
lingkungannya kurang kondusif. Bisa dikatakan di lingkungan yang buruk, anak
ketika masih kecil akan meniru perilaku orang dewasa yang negatif dan ketika
besar akan melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya yang buruk. Hal
ini berdampak pada perilaku negatif anak ketika dewasa akan menjadi 2 kali
lebih besar daripada perilaku orang dewasa yang dicontohya dahulu.
Bukan hal yang tabu lagi jika lingkungan perkotaan adalah tempat
yang kurang baik dalam hal pendidikan anak. Salah satu ciri lingkungan perkotaan
ini adalah kondisi lingkungan yang mudah membuat stres penghuninya. Kondisi ini
bisa berupa tingkat polutan yang tersebar di udara yang begitu besar, suhu
udara akibat polusi, global warming
bahkan kurangnya paru-paru kota sebagai pusat udara bersih kota. Banyaknya
stresor ini membuat banyak penghuni wilayah perkotaan secara paksa mengubah
perilakunya sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan hidupnya.
Buruknya perubahan ini adalah ketika perubahannya lebih mengarah pada hal
negatif seperti sikap acuh terhadap orang lain maupun lingkungan. Sikap atau
perilaku negatif penduduk ini akan sangat disesalkan ketika ditiru oleh
anak-anak mereka nanti. Seorang anak yang tidak mengerti mana yang baik dan
mana yang buruk akan secara mentah-mentah mengambil semua informasi yang ada di
sekitarnya termasuk perilaku negatif tersebut.
Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang selalu diutamakan dan
dianggap penting oleh semua orang. Dengan pendidikan yang benar serta tingkat
yang tinggi, orang akan memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi pula. Dengan
pendidikan yang benar meski tingkatannya rendah juga sangat membantu anak
nantinya dalam menjalankan hidup. Anak yang berpendidikan pasti nantinya akan
memiliki moral yang baik (tingkat kedewasaan yang tinggi) serta mampu bermasyarakat
dengan baik. Anak yang dididik dengan benar akan berhasil dan dapat hidup tanpa
perlu dituntun terus menerus. Oleh karena itu, pendidikan dapat diartikan
sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain
(Haryanto, 2012). Dalam pemberian pertolongan ini bisa dilakukan dengan
berbagai macam cara, berikut pembagian macam-macam jenis pendidikan.
- Pendidikan
Informal
Pendidikan Informal adalah pendidikan yang didapat di dalam keluarga. Pendidikan Informal merupkan jenis pendidikan yang didapat pertama kali dalam kehidupan kita. Di dalam keluarga ini kita akan dididik oleh seluruh anggota keluarga yang ada di dalam ruang lingkup, baik Ibu, Ayah, Kakak ataupun Saudara yang lain (Paman, Bibi dan lain-lain). Contoh mudahnya adalah sewaktu kita masih kecil kita tidak tahu tentang apapun (informasi), kita akan bertanya kepada anggota keluarga dan diberikanlah beberapa penjelasan hingga kita dapat memahami informasi tersebut. - Pendidikan
Formal
Pendidikan Formal adalah pendidikan yang didapat dari proses pembelajaran kita di sekolah dari kita SD, SMP, SMA dan perkuliahan. Ini merupakan pendidikan yang berpengaruh besar terhadap pendidikan kita selama ini karena pendidikan inilah yang selalu menjadi tolok ukur ketika kita akan melanjutkan sekolah, kerja bahkan ketika kita di dalam lingkungan bermasyarakat nanti. Contohnya pendidikan yang kita lakukan selama ini yang membuahkan ijazah tertentu akan menjadi syarat minimal ketika akan mendaftar kerja dan dengan tingkat ijazah kita ini akan membuat pandangan masyarakat terhadap kita berubah. - Pendidikan
Nonformal
Pendidikan nonformal adalah suatu pendidikan diluar pendidikan formal seperti halnya kursus tetapi juga bisa diartikan pendidikan yang terjadi di lingkungan bermasyarakat. Di sini masyarakat akan mendidik secara tidak langsung terhadap individu (anak) tersebut. Ini dikarenakan proses pendidikannya berjalan sebagai pengalaman individu yang akan membentuk karakternya yang sebenarnya. Selain mendidik, masyarakat juga melakukan tindakan pengawasan terhadap individu tersebut. Contohnya seorang anak SD yang sedang bermain dengan teman-temannya hingga jam 10 lebih akan ditegur oleh masyarakat sekitar.
Pendidikan Masyarakat (Non Formal)
Pendidikan ini kita dapatkan dari kehidupan sosialisasi kita di masyarakat sekitar
rumah kita. Dan biasanya pendidikan ini sangat berpengaruh besar dalam proses
pembentukan karakter seorang individu. Namun tidak semua pendidikan dari
masyarakat dapat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter tersebut, hal ini
sangat bergantung terhadap individu tersebut. Contoh seseorang yang mulanya
baik tinggal di daerah pemukiman yang memiliki angka kriminalitas yang tinggi,
maka sedikit banyak hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap perilaku dari
individu tersebut. Karena itulah masyarakat dikatakan pendidikan non formal.
Segala aktivitas individu (siswa) di lingkungan masyarakat sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap belajarnya. Ada banyak kegiatan individu (siswa) di lingkungan
bermasyarakat sebagai bentuk pembelajarannya. Berikut beberapa kegiatan yang
dilakukan individu ketika bermasyarakat yang mempengaruhi belajar.
- Kegiatan individu (siswa) dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan
pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang
terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan
lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam
mengatur waktunya.
- Mass media
Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah,
buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Mass media yang baik memberi pengaruh
yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya, akan tetapi sebaliknya
mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka dari itulah
perlu kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari
pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat
agar tidak terjadi salah langkah.
- Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih dapat masuk dalam jiwanya
daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap
diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi
yang bersifat buruk juga.
- Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar
siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi,
dan suka mencuri.
Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat
diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang
dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu
lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, dimana simbol
diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh
mereka yang menggunakannya.
Proses Interaksi sosial
menurut Herbert Blumer dalam Febriana A dan Agung S (2011) adalah pada saat
manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu
tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari
interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak
bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi
melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses
tersebut disebut juga dengan interpretative
process.
Interaksi sosial dapat
terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan
sosial. Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran
dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan
beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi
atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri
Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang
individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di
sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan
wacana.
Masyarakat sebagai lembaga Pendidikan ketiga sesudah
keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang
berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas
dan keanekaragaman bentuk
kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya. Masalah pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa melepaskan dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung
tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat di manapun berada, tentu mempunyai karakteristik
tersendiri sebagai norma khas dibidang sosial budaya yang berbeda dengan
karakteristik masyarakat lain, namun
juga mempunyai norma-norma yang universal dengan masyarakat pada
umumnya.
Di masyarakat terdapat norma-norma sosial budaya
yang harus diikuti oleh
warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Norma-norma
masyarakat yang berpengaruh tersebut sudah merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada generasi mudanya. Penularan-penularan yang
dilakukan dengan sadar dan
bertujuan ini sudah merupakan proses pendidikan masyarakat.
Para tokoh agama atau tokoh masyarakat berperanan dalam penularan norma-norma masyarakat di samping orang
tua kepada anak-anak tentang
adat-istiadat atau tradisi atau sopan santun, baik dalam pertemuan-pertemuan resmi maupun dalam pergaulan sehari-hari. Umpamanya norma-norma yang
boleh diperbuat, yang seharusnya diperbuat atau yang tabu diperbuat.
Contoh tentang sopan santun orang Timur yang
mengajarkan/menentukan cara memberi sesuatu kepada, atau
menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan.
Bagi orang Timur, menerima dan memberi dengan
tangan kiri dinilai tidak
sopan, tidak tahu aturan, dianggap menghina atau meremehkan. Hal demikian tidak berlaku bagi Orang
Barat yang membolehkan menerima dan memberi
dengan tangan kiri. Orang
Timur menganjurkan untuk Baling menyapa sesamatetangga bila bertemu di jalan.
Bagi Orang Barat sapaan seseorang
ada yang menganggap sok ingin tahu urusan orang lain. Sesama masyarakat Indonesia pun
antara tempat yang satu dengan
tempat yang lain, antara suku yang satu dengan suku yang lain, tidak sama dalam hal adat dan tradisi. Seperti adat suku‑suku di Jawa, adat suku-suku di Sumatra, adat-adat
suku di Irian Jaya dan
sebagainya dalam hal kelahiran, perkawinan dan kematian tidak sama. Masing-masing adat itu ditularkan
kepada generasi berikutnya. Sekira ada
perubahan adat dan tradisi oleh generasi berikutnya dan perubahan itu menguat di
masyarakat maka perubahanitulah
yang kemudian ditularkan kepada generasi berikutnya.
Kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari dua
orang atau lebih dan bekerjasama di
bidang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah
merupakan sumber pendidikan bagi warga masyarakat,
seperti Lembaga-lembaga sosial budaya, yayasan-yayasan, organisasi-organisasi, perkumpulan-perkumpulan,
yang kesemuanya itu merupakan
unsur-unsur pelaksana asas pendidikan
masyarakat. Lembaga-lembaga yang ada dalam
masyarakat seperti Lembaga Dakwah, Lembaga Hukum, Lembaga Bahasa,
Lembaga Pengabdian dan
Lembaga-lembaga Sosial lainnya tidak sekedar menolong atau mencari keuntungan material, tetapi
juga melakukan aktivitas-aktivitas dengan menyampaikan ajaran
melatih ketrampilan dan menangani
pengkaderan yang kesemuanya berperan
dalam pembentukan sikap kepribadian orang-orang itu. Yayasan-yayasan yang ada dalam masyarakat banyak yang bergerak langsung di bidang pendidikan, seperti
mendirikan sekolah-sekolah swasta, baik sekolah umum maupun sekolah agama,
mulai tingkat Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pendidikan masyarakat adalah bagian integral pendidikan nasional yang
mempunyai tugas melaksanakan pendidikan kepada masyarakat di luar sekolah.
Pendidikan yang alami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk
beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari
pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut
tampak lebih luas. Sebagaimana yang di kemukakan bahwa masyarakat yang
merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks menyelenggarakan
pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan
terjadinya kegiatan pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar
berlangsungnya segala aktivitas yang menyangkut masalah pendidikan.
Masyarakat juga memiliki peran terhadap
pendidikan, yaitu:
1.
Masyarakat
berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah .
2.
Masyarakat
berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung
cita-cita dan kebutuhan masyarakat .
3.
Masyarakat
ikut menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.
4.
Masyarakat ikut
menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung pembelajaran, musium,
perpustakaan, panggung-panggung kesenian, dll.
5.
Masyarakat
sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar.
Dengan demikian, jelas sekali
bahwa peran masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah. Pendidikan
selalu diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai kehidupan manusia. Didalam
pengembangan nilai, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia
di dalam hidupnya. Jadi, apa yang ingin dikembangkan merupakan apa yang dapat
dimanfaatkan dari arah pengembangan itu sendiri.
Pendidikan tidak bisa
lepas dari efek-efek luar yang saling mempengaruhi keberadaanya, terutama bagi
masyarakat sekitarnya, yang mempunyai hubungan saling ketergantungan. Dalam hal
ini pengaruh masyarakat pada dasarnya tergantung pada luas tidaknya kualitas out
put pendidikan itu sendiri. Semakin besar out put tersebut
dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak SDM yang berkualitas
maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat.
Dengan demikian, bila lembaga pendidikan dimaksudkan mampu melahirkan
produk-produknya yang berkualitas tentu saja hal ini merupakan investasi bagi
penyedia SDM. Investasi ini sangat penting untuk perkembangan kemajuan
masyarakat sebab manusia itu sendiri adalah subjek setiap perkembangan,
perubahan, dan kemajuan dalam masyarakat.
Interaksi
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling
membutuhkan satu sama lain. Hal ini sesuai dengan teori yang berkembang jika
manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain dalam hidup. Kebutuhan
itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Interaksi sosial
adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau
antar individu dan kelompok. Jadi dengan adanya alasan saling membutuhkan
inilah muncul hubungan sosial yang merupakan interaksi sosial dalam hidup
bermasyarakat. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto dalam Haryanto (2011), proses
sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu
dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk
hubungan sosial.
Kota
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4
tahun 1980 dalam Fitriah Arniasi, dkk menyebutkan bahwa kota dapat dibagi ke
dalam dua pengertian, yaitu pertama, kota sebagai suatu wadah yang memiliki
batasan administrasi sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Kedua, kota
sebagai suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris,
misalnya Ibukota Kabupaten, Ibukota Kecamatan, dan berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan dan pemukiman.
Pengertian kota dan daerah perkotaan dapat dibedakan dalam dua pengertian
yaitu kota untuk city dan daerah
perkotaan untuk ‘’urban”. Pengertian city diidentikkan
dengan kota, sedangkan urban berupa suatu daerah yang memiliki suasana
kehidupan dan penghidupan modern, dapat disebut daerah perkotaan. Menurut Luis Wirth
dalam Jamal (2013) Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat, dan
permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
Para pendiri kota memiliki maksud untuk mengembangkan kegiatan niaga
kelautan di dalam pemukimannya ,yaitu sebagai tempat pertukaran barang
antara daerah daratan dengan lautan. Sebaliknya, kota- kota di dunia keadaanya
beragam ada berpenduduk jarang dan padat. Kota-kota yang mengalami
kehidupan dengan kondisi sosial politik, keagamaan, dan budaya yang
berbeda-beda mempunyai beberapa unsur eksternal yang menonjol
sehingga mempengaruhi perkembangan kota. Dengan semakin heterogennya masyarakat
serta kedudukan sosialnya akan semakin membuat kurangnya rasa satu kesatuan di
masyarakat tersebut. Berikut garis besar ciri dari masyarakat perkotaan.
Ciri-ciri Masyarakat Kota
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan
dengan kehidupan keagamaan desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya berada di tempat-tempat
peribadatan. Kehidupan kota berada dalam lingkungan ekonomi, perdagangan.
2. Masyarakat kota umumnya dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang terpenting
adalah manusia Individu di kota kehidupan keluarga sering sulit disatukan, itu
dikarenakan memiliki kepentingan yang berbeda.
3. Pembagian kerja di wilayah kota juga
lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan lebih banyak diperoleh oleh masyarakat kota daripada desa.
5. Jalan pikiran biasanya rasional,
menyebabkan interaksi-interaksi yang lebih di dasarkan pada faktor kepentingan
pribadi
6. Waktu sangat diperhatikan
7. Perubahan sosial tampak dengan nyata
di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dengan menerima pengaruh dari
luar. Hal ini menimbulkan pertentangan antara golongan tua dengan golongan
muda. Oleh karena itu golongan muda belum sepenuhnya kepribadiannya terbentuk.
Permasalahan Yang Biasa
Terjadi Di Lingkungan Perkotaan
- Kesehatan Kaum Marjinal
Kesehatan masyarakat marjinal merupakan
masalah besar yang harus ditangani. Kaum marjinal merupakan orang-orang yang
terpinggirkan karena kalah bersaing dengan kaum elit. Mereka kebanyakan tinggal
di perkampungan kumuh, sumpek dan jauh dengan sanitasi yang buruk. Tentu mereka
bermasalah dengan kesehatannya. Perlu penanganan dari pemerintah daerah hingga
menjadi program pembangunan kota.
- Pencemaran/Polusi
Di kota metropolitan seperti Jakarta,
Surabaya dan kota besar lainnya. Mempunyai masalah besar berupa pencemaran
lingkungan. Polusi udara masuk dalam rangking tertinggi daftar masalah
lingkungan hidup, kemudian polusi air dan sampah. Kemudian dengan berbagai
masalah lingkungan hidup ini akan berdampak langsung pada tingkat kesehatan
masyarakat di kota tersebut.
- Urbanisasi
Setiap tahun ribuan orang datang ke kota
besar untuk mengadu nasib. Kota besar menjadi oase yang menarik perhatian orang
daerah untuk dijadikan tempat usaha. Padahal kehidupan di kota metropolitan
persaingan sangat ketat. Orang yang tersisih dari persaingan inilah yang
berpotensi menimbulkan masalah besar. Ratusan hingga ribuan orang yang gagal
mengadu nasib hanya akan mendapat 2 pilihan, kembali ke rumah di daerah atau
tetap di kota tetapi menjadi gelandangan.
Perilaku
Individualis sebagai Akibat Sifat Kehidupan Kota
Kesibukan setiap warga kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat
mengurangi perhatian terhadap sesamanya. Apabila hal ini berlebihan akan
menimbulkan sifat acuh tak acuh atau kurang mempunyai toleransi sosial. Dengan
adanya fenomena ini dan melihat sifat kehidupan kota yang cenderung kepada
kondisi: 1) heterogenitas, jumlah dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, 2)
sifat kompetitif, egosentris dan hubungan personal berdasarkan kepentingan
pribadi dan keuntungan secara ekonomi, masyarakat kota cenderung menyikapi
kondisi tersebut dengan cara:
a.
Hanya
saling mengenal terutama dalam satu peranannya saja, misalnya sebagai
kondektur, penjaga toko dan sebagainya. Oleh karena itu juga dikatakan bahwa
sifat hubungan-personal masyarakat kota tidak bersifat primer, namun lebih
bersifat sekunder (berdasarkan peran dan atributnya).
b.
Melindungi
diri sendiri secara berlebihan agar tidak terjadi terlalu banyak
hubungan-hubungan yang sifatnya pribadi, mengingat konsekuensi waktu, tenaga
dan biaya. Orang kota juga harus melindungi dan membatasi diri terhadap relasi
yang dianggap potensial membahayakan baginya. Akibatnya ialah seringnya terjadi
kontak personal yang ditandai oleh semacam reserve,
acuh tak acuh dan kecurigaan.
c.
Cenderung
mengadakan kontak, personal bukan dengan keinginan yang berlandaskan kepentingan
bersama, namun kebanyakan hubungan itu hanya digunakan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing individu.
Perwujudan
Perilaku Individualis Masyarakat Kota
Perilaku Individualis pada masyarakat kota secara umum bisa dibedakan
dalam 2 aspek, yaitu perwujudan dalam ungkapan fisik (spasial, material dan
bentuk), serta perwujudan dalam sikap dan perilakunya. Kedua aspek tersebut
bersama-sama mengupayakan suatu “pertahanan” atau “perlawanan” terhadap kondisi
kehidupan kota.
Perwujudan
Perilaku Individualis Dalam Ungkapan Fisik
Perilaku individualis masyarakat kota cenderung akan tercermin
atau diungkapkan dalam suatu ungkapan fisik yang berupa batas ruang (territory) atau ungkapan bentuk.
Ungkapan fisik yang berupa batas ruang (territory)
bisa bersifat tetap atau suatu kondisi yang relatif tidak berubah-ubah, namun
bisa juga bersifat tidak tetap. Ini sejalan dengan pendapat Lang dalam Sumardjito, bahwa teritorialitas adalah salah satu perwujudan ego
yang tidak ingin diganggu, dan merupakan perwujudan dan privasi. Yang perlu
diperhatikan adalah, apabila keinginan perwujudan privasi ini sangat
berlebihan, hal ini merupakan indikasi dari sikap dan perilaku individualis.
Beberapa contoh ungkapan fisik sebagai perwujudan perilaku individualis
pada masyarakat kota yaitu:
1.
Pemasangan
pagar halaman depan yang dibuat sangat tinggi dan masif, mencerminkan
ketertutupan, kecurigaan, kehati-hatian dan kurangnya “welcome” terhadap tamu yang akan berkunjung.
2.
Perwujudan
bentuk-bentuk bangunan yang tidak selaras dengan lingkungan, hanya karena untuk
memenuhi ego pemilik supaya tidak disamakan atau tidak ingin sama dengan
lingkungannya, dalam arti supaya dianggap lebih tinggi derajatnya dari
lingkungan tersebut.
3.
Tulisan-tulisan
atau tanda-tanda petunjuk yang mempunyai indikasi untuk menunjukkan bahwa
sesuatu area adalah milik pribadi, bukan untuk masyarakat umum sehingga
masyarakat umum tidak boleh masuk area tersebut, atau setidak-tidaknya enggan
untuk memasuki mengingat risiko yang mungkin timbul.
Perwujudan
Perilaku Individualis Dalam Sikap dan Perilaku
Perilaku individualis selain diwujudkan dalam ungkapan fisik, juga
banyak didapati pada sikap dan perilaku masyarakat kota. Hal ini bisa dilihat
dari beberapa contoh:
1.
Kurang
akrabnya antar tetangga pada suatu kompleks perumahan atau perkampungan, karena
masing-masing orang telah sibuk dengan urusannya sendiri.
2.
Masing-masing
tetangga merasa tidak perlu menyapa apabila bertemu di jalan, karena merasa
tetangga tersebut adalah orang asing bagi orang tersebut. Kemungkinan lain dan
kondisi tersebut adalah tidak terpikirkannya orang tersebut untuk menyapa,
karena pikirannya memang sudah dipenuhi dengan berbagai kesibukan kerja hari
itu.
3.
Kurangnya
tenggang rasa dalam bersikap dan berbuat.
Kesimpulan
Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Kemudian pendidikan Non-Formal adalah
suatu pendidikan diluar pendidikan formal seperti halnya kursus tetapi juga
bisa diartikan pendidikan yang terjadi di lingkungan bermasyarakat, di sini
masyarakat berperan ganda sebagai pengawas juga. Dalam hal ini pastilah semua
masyarakatnya akan melakukan interaksi dalam melakukan pendidikan. Proses
interaksi dalam melaksanakan pendidikan ini juga berlaku pada lingkungan
perkotaan. Kota yang merupakan pemukiman padat dan dihuni oleh orang-orang yang
heterogen akan mendapat hasil pembelajaran yang heterogen pula.
Saran
Dari
segala dampak yang ada, bisa disimpulkan hal ini terjadi akibat begitu besarnya
tingkat heterogenitas yang terjadi pada masyarakat kota dan jumlahnya yang
melebihi batas. Dengan jumlahnya yang melebihi batas akan menambah pula tingkat
kompetitif mereka dan berakhir pada berbagai perilaku negatif untuk mencapai
tujuan. Dengan begitu sebaiknya proses urbanisasi sedikit ditahan oleh
pemerintah dengan hanya memberikan waktu tertentu untuk mengembalikan lagi
pengadu nasib di kota untuk pulang ke tempat asalnya. Kemudian juga bisa dengan
penegakkan hukum yang lebih tegas terhadap perilaku negatif seperti membuang
sampah sembarangan agar tidak memicu berbagai permasalahan lain.
DAFTAR
RUJUKAN
Anonim. 2012. Interaksi Sosial
Masyarakat, (Online), (http://makalah-update.blogspot.com/2012/12/interaksi-sosial-masyarakat.html),
diakses tanggal 17 Maret 2015.
Ardiansa
F dan Setiawan A. 2011. Dinamika
Interaksi Sosial dan Dilema Kepentingan Individu dan Sosial, (Online),
(https://4gungseti4w4n.wordpress.com/2011/03/24/dinamika-interaksi-sosial-dan-dilema-kepentingan-individu-dan-sosial/),
diakses tanggal 17 Maret 2015.
Arniasih
F, dkk. 2013. Makalah IPS, (Online), (http://fitriarnie.blogspot.com/ 2013/01/makalah-ips.html),
diakses tanggal 18 Maret 2015.
Haryanto.
2011. Pengertian Interaksi Sosial,
(Online), (http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/), diakses
tanggal 17 Maret 2015.
Haryanto.
2012. Interaksi Sosial Masyarakat,
(Online), (http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/),
diakses tanggal 16 Maret 2015.
Jamal,
Delsy. 2013. Pengertian atau Definisi
Kota, (Online),
(http://simplenews05.blogspot.com/2013/10/pengertian-atau-definisi-kota.html),
diakses tanggal 16 Maret 2015.
Sumardjito.
-. PERMASALAHAN PERKOTAAN DAN
KECENDERUNGAN PERILAKU INDIVIDUALIS PENDUDUKNYA, (Online), (staff.uny.ac.id/sites/default/files/131873964/MAKALAH%20Cakrawala%20penddk%20;PERMASALAHAN%20PERKOTAAN.doc),
diakses tanggal 18 Maret 2015.
No comments:
Post a Comment