BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan
salah satu kompenen dari pendidikan kita. Mengingat bahwa bimbingan dan
konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan
kepada individu pada umumnya dan siswa pada khususnya disekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya. Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral dari
program pendidikan itu dan karena sebagian besar dari tumpukan masalah yang
yang dihadapi oleh peserta didik justru bersumber dari keaneka ragaman tuntutan
belajar disekolah. Maka, para konselor sekolah harus mengenal bidang pendidikan
sekolah secara konret.
Bimbingan merupakan proses membantu
orang perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan, sedangkan
konseling diartikan sebagai suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri
dan lingkungan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan atau
penjelasan tujuan-tujuan dan nilai perilaku di masa mendatang
Oleh karena itu, kedudukan bimbingan dan konseling disini
sangat penting. Bimbingan dan konseling akan sangat membantu lancarnya
proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, apalagi pada masa sekarang
ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali mengalami
problematika-problematika kehidupan. Keadaan seperti ini sangat membutuhkan
suatu wadah(bimbingan dan konseling terutama di sekolah) untuk mampu membantu
para kaum muda agar ia bisa mengatasi problematika yang ada sehingga ia bisa
terus mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
1.2
Rumusan masalah:
1.2.1
Apakah urgensi
bimbingan konseling itu?
1.2.2
Apakah fungsi dan
tujuan bimbingan konseling?
1.2.3
Apa landasan bimbingan
konseling? Bagaimana
peran dan kedudukan bimbingan konseling dalam pendidikan?
1.2.4
Bagaimana bimbingan
konseling untuk anak SD?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui urgensi
bimbingan konseling.
1.3.2
Mengetahui fungsi dan
tujuan dari bimbingan konseling.
1.3.3
Mengetahui landasan
bimbingan konseling.
1.3.4
Mengetahui peran dan
kedudukan bimbingan konseling dalam pendidikan.
1.3.5
Mengetahui penerapan
bimbingan konseling di SD.
BAB II
PEMBAHASAN
`2.1 Urgensi Bimbingan dan Konseling
Dasar
pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan
semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan
potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek
fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli
sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau
kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan
karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping
itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu
berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah
dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan
konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial.
Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi
dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga
masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar
jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku
konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah
pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga
mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya:
pertumbuhan jumlah
penduduk yang cepat, pertumbuhan
kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi
informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur
masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim
lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi
di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan
obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam
kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola
perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung
menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran
tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu
Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti:
ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan
pergaulan bebas (free sex).
Penampilan
perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai
dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki
pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5)
memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi
imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk
senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian
tujuan pendidikan tersebut.
Upaya
menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan adalah
mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan
terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan
wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif
dan berbasis data tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Dengan
demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang
administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang
bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang
administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan
konseling, hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek
akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek
kepribadian.
Pada saat
ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu
dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat
pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif.
Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and
Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive
Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif
didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi,
dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan
sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini
disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based
guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi
kemandirian.
Dalam
pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan
para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru,
dan staf administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya
(seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter).
Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara
keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengem-bangkan atau
mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
Atas dasar
tersebut, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah
diorientasikan kepada upaya memfasilitasi
perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi, sosial,
belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai
makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis,
sosial, dan spiritual).
2.2 Fungsi dan Tujuan Bimbingan
Konseling
2.2.1
Fungsi
bimbingan dan konseling
·
Pencegahan (preventif)
Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan usaha
pencegahan terhadap timbulnya masalah. Layanan yang diberikan berupa bantuan
bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Kegiatannya dapat berupa program orientasi, bimbingan karir,
inventaris data.
·
Pemahaman
Maksudnya yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu pihak-pihak tertentu sesuai dengan
keperluan pengembangan siswa dan agar siswa dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
Untuk
mencapai perkembangan optimal siswa sesuai dengan tujuan institusional lembaga
pendidikan, pada dasarnya membina tiga usaha pokok, yaitu
o
Pengelolaan administrasi sekolah
o
Pengembangan pemahaman dan
pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan melalui program intrakulikuler
maupun ekstrakulikuler
o
Pelayanan khusus kepada siswa dalam
berbagai bidang yang membulatkan pendidikan siswa/ menunjang kesejahteraan
siswa seperti membina Osis, Pelayanan kesehatan, kerohanian, pengadaan warung
sekolah, perpustakaan sekolah.
Dalam fungsi pemahaman disini mencakup: pemahaman
tentang diri siswa, pemahaman tentang lingkungan siswa, pemahaman tentang
lingkungan yang lebih luas.
·
Perbaikan (penyembuhan)
Fungsi bimbingan yang kuratif yaitu yang berkaitan erat dengan fungsi
bimbingan dan konseling yang akan mengahasilkan terpecahkannya atau teratasinya
berbagai permasalahan siswa baik aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang digunakan adalah konseling dan remidial teaching.
·
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yang berarti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu
siswa dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara mantap, terarah dan
berkelanjutan. Yaitu konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, memfasilitasi perkembangan siswa. Dengan demikian, siswa
dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif
dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
·
Fungsi penyaluran (distributif)
Yaitu fungsi
bimbingan memberi bantuan kepada siswa dalam memilih kemungkinan kesempatan
yang ada dalam lingkungan sekolah. Misalnya kegiatan ekstrakurikuler jurusan,
program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
·
Fungsi adaptasi (adative)
Yaitu fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan para pelaksana pendidikan
khususnya konselor guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, bakat, kebutuhan serta kemampuan
siswa dan memperhatikan dinamika kelompok.
·
Fungsi penyesuaian (adjuditive)
Fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan kepada siswa
agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program
pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui
penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan
konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung dalam masing-masing
fungsi.
Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
harus dilaksanakan secara langsung mengacu pada salah satu atau beberapa fungsi
tersebut, agar hasil yang hendak dicapai secara jelas dapat diidentifikasikan
dan dievakuasi.
2.2.2 Tujuan bimbingan dan konseling
·
Tujuan umum :
Tujuan umumnya adalah sesuai dengan tujuan pendidikan
sebagaimana dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 (UU No. 2/1989)
yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus
mendapatkan kesempatan:
o
Mengenal dan memahami potensi,
kekuatan dan tugas perkembangannya
o
Mengenal dan memahami potensi/
peluang yang ada dilingkungannya
o
Mengenal dan menentukan tujuan
hidupnya
o
Memahami dan mengatasi permasalahan
pribadi
o
Menggunakan kemampuan untuk
kepentingan pribadi, lembaga dan masyarakat
o
Menyesuaikan diri dengan lingkungan
o
Mengembangkan segala potensi dan
kekuatannya secara tepat dan teratur secara optimal.
·
Tujuan khusus :
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai
tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, perkembangan belajar
(akademik), dan perkembangan karir.
o
Tujuan bimbingan dan konseling yang
menyangkut aspek pribadi-sosial siswa antara lain:
o
Memiliki kesadaran diri, yaitu
menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.
o
Dapat mengembangkan sikap positif,
seperti menggambarkan orang-orang yang mereka senangi
o
Membuat pilihan secara sehat
o
Mempu menghargai orang lain
o
Memiliki rasa tanggungjawab
o
Mengembangkan keterampilan hubungan
antar pribadi
o
Dapat menyelesaikan konflik
o
Dapat membuat keputusan secara
efektif.
Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan belajar
(akademik) adalah :
o
Dapat melaksanakan keterampilan atau
teknik belajar secara efektif.
o
Dapat menetapkan tujuan dan
perencanaan pendidikan
o
Mampu belajar secara efektif
o
Memiliki keterampilan, kemampuan dan
minat.
o
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek perkembangan karir, antara lain:
o
Mampu membentuk identitas karir,
dengan mengenali ciri-ciri pekerjaan didalam lingkungan kerja
o
Mampu merencanakan masa depan
o
Dapat membentuk pola-pola karir,
yaitu kecenderungan arah karir
o
Mengenal keterampilan, kemampuan dan
minat.
2.3
Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan
dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Secara teoritik,
berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek
pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan
ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan
dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :
2.3.1
Landasan
Filosofis
Landasan
filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman
khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan
konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun
estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan
dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang :
apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis
tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang
ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan
filsafat post-modern. Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap
upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang
manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus
mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan
berbagai dimensinya.
2.3.2
Landasan Psikologis
Landasan
psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor
tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan
dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
a. Motif dan Motivasi
Motif
dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku
baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki
oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya
maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi,
memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya
motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu
(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi
bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu
tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan
dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi
perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti
struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian
tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan
dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana
individu itu berada.
c.
Perkembangan Individu
Perkembangan
individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya
meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral
dan sosial. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai
aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah
perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor
pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
d. Belajar
Belajar
merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar
untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu
yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor/keterampilan.
e.
Kepribadian
Hingga
saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian
secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat
dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Untuk
kepentingan layanan bimbingan dan konseling serta dalam upaya memahami dan
mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat
memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi
perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga
harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya
sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu
pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi
pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan
belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam
belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya
pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang
karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor
benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat
bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum,
psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan
psikologi kepribadian.
3. Landasan Sosial-Budaya
3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan
sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia
sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan
dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi
tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu
berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan
perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Dalam
proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan
klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya
yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber
hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar
budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c)
stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan
bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan
kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang
berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung
menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan
prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian
terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak
sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang
individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing.
Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat
menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa,
dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor
dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut
perlu diantisipasi.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen,
prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk
laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Sejak
awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah
menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan
secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).
Berkenaan
dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno (2003)
memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan
paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
Landasan
paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi,
yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti
proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti
tujuan layanan bimbingan dan konseling.
Landasan
religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok,
yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong
perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan
kaidah-kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan
dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan
meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan
masalah.
5. Landasan
religius
Dalam landasan
religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan Religius berkenaan dengan :
a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
b. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
d. Memelihara fitrah
e. Memelihara jiwa
f. Memelihara akal
g. Memelihara keturunan
Dalam pengertian bimbingan dan konseling di sekolah, ada beberapa konsep yang dapat dijadikan sebagai acuan. Hal ini berguna karena konsep penting khusus bagi pengertian bimbingan dalam lingkup sekolah, yaitu :
a) Bimbingan dalam pelaksanaannya merupakan suatu proses. Maksudnya adalah bimbingan itu dilaksanakan dalam rentang waktu yang relatif panjang, tidak sepintas lalu, insidental, dan tidak sepintas jalan. Semua itu karena bimbingan bukanlah peristiwa yang terjadi pada suatu hari sekolah. Proses tersebut mengandung pengertian bahwa bimbingan dilakukan secara sistematis dan metodis dalam sifatnya yang berencana, berprogram dan evaluative, yang pada akhirnya membuat bimbingan dapat berkembang maju.
b) Bimbingan mengandung arti bantuan atau pelayanan. Maksudnya adalah bimbingan itu tercipta atas kesukarelaan subyek bimbing. Kesukarelaan pembimbing diwujudkan dalam sifat dan perilaku yang tidak memaksakan kehendaknya untuk membimbing individu, namun menawarkan dan menciptakan suasana yang membuat individu sadar bahwa dirinya memerlukan layanan atau bantuan dari pihak lain. Kesukarelaan si individu terbantu, diwujudkan dengan adanya keleluasaan dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan perilaku sehubungan dengan arah dan pemahaman diri, pengambilan keputusan, pembuatan pilihan dan pemecahan masalah dalam proses bimbingan. Pemaduan antara kesukarelaan subyek bimbing, pembimbing dan kesukarelaan si terbimbing akan melahirkan suatu hubungan yang demokratis diantara keduanya.
c) Kelancaran pelaksanaan bimbingan dan pencapaian hasil bimbingan diperlukan adanya subyek pelaksana bimbingan yang kompeten. Kompetensi itu diperoleh dari pendidikan khusus, ajar-latih, keterampilan serta pribadi dan sikap dasar yang meyakinkan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, khususnya bagi si terbimbing. Ini menunjukan pada keperluan adanya tenaga professional yang punya kemampuan/ kecakapan/ keterampilan dalam wujud penggunaan pendekatan metode dan teknik-teknik bimbingan yang memadai.
d) Bantuan diperuntukan bagi semua individu, semua peserta didik yang berada dalam kondisi tertentu yang memerlukan bantuan, namun mereka (peserta didik) memiliki kemungkinan untuk “bangkit” atau lebih maju sendiri selama atau sesudah pelayanan. Tidak hanya bagi peserta didik yang bimbang memilih kelompok program atau jenis pekerjaan/ karier, tidak juga hanya bagi peserta didik yang mengalami gangguan belajar dan tidak pula hanya bagi peserta didik yang mengalami salah-suai (maladjusted). Ciri semua peserta didik pada umumnya adalah memiliki kemungkinan untuk “bangkit diri” (self actualization) dan daya “nyata diri” (self realization). Memang diakui bahwa pemilikan hal-hal tersebut adalah berbeda derajatnya antara peserta didik satu dengan yang lain. Yang ini menimbulkan perbedaan diantara para peserta didik mengenai kecakapan memahami diri (self understanding), menerima diri (self acceptance) dan mengarahkan diri (self direction). Keperbedaan itu menimbulkan konsekuensi dalam hal derajat pengutamaan bimbingan pada setiap peserta didik, dan perbedaan jenis layanan yang diutamakan bagi berbagai kelompok peserta didik.
e) Bimbingan mempunyai tujuan “jangka pendek” dan tujuan “jangka panjang”. Tujuan jangka pendek merupakan seperangkat kumampuan yang diharapkan dicapai peserta didik selama dan setelah proses bimbingan diberikan. Tujuan jangka pendek ini antara lain : kemampuan si terbimbing memahami diri, menerima diri dan mengarahkan diri; kemampuan nyata diri yang diwujudkan dalam kecakapan memecahkan persoalan-persoalan, membuat pilihan-pilihan dan mengadakan penyesuaian terhadap diri dan lingkungan sesuai sesuai dengan tingkat perkembangan yang dicapainya. Adapun tujuan jangka panjang : bimbingan merupakan suatu patokan ideal yang diharapkan dicapai individu yang telah memperoleh layanan bimbingan, dengan pencapaian kesejahteraan mental yang optimal bagi individu (terbimbing) dan pencapaian kebahagian pribadi yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Tujuan jangka pendek bimbingan menjadi dasar bagi pencapaian tujuan jangka panjang. Hal ini membuat tujuan-tujuan jangka pendek yang efektif dapat memudahkan/ menunjang pencapaian kesejahteraan mental dan kebahagian yang ingin dimaksud
1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Landasan Religius berkenaan dengan :
a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
b. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
d. Memelihara fitrah
e. Memelihara jiwa
f. Memelihara akal
g. Memelihara keturunan
Dalam pengertian bimbingan dan konseling di sekolah, ada beberapa konsep yang dapat dijadikan sebagai acuan. Hal ini berguna karena konsep penting khusus bagi pengertian bimbingan dalam lingkup sekolah, yaitu :
a) Bimbingan dalam pelaksanaannya merupakan suatu proses. Maksudnya adalah bimbingan itu dilaksanakan dalam rentang waktu yang relatif panjang, tidak sepintas lalu, insidental, dan tidak sepintas jalan. Semua itu karena bimbingan bukanlah peristiwa yang terjadi pada suatu hari sekolah. Proses tersebut mengandung pengertian bahwa bimbingan dilakukan secara sistematis dan metodis dalam sifatnya yang berencana, berprogram dan evaluative, yang pada akhirnya membuat bimbingan dapat berkembang maju.
b) Bimbingan mengandung arti bantuan atau pelayanan. Maksudnya adalah bimbingan itu tercipta atas kesukarelaan subyek bimbing. Kesukarelaan pembimbing diwujudkan dalam sifat dan perilaku yang tidak memaksakan kehendaknya untuk membimbing individu, namun menawarkan dan menciptakan suasana yang membuat individu sadar bahwa dirinya memerlukan layanan atau bantuan dari pihak lain. Kesukarelaan si individu terbantu, diwujudkan dengan adanya keleluasaan dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan perilaku sehubungan dengan arah dan pemahaman diri, pengambilan keputusan, pembuatan pilihan dan pemecahan masalah dalam proses bimbingan. Pemaduan antara kesukarelaan subyek bimbing, pembimbing dan kesukarelaan si terbimbing akan melahirkan suatu hubungan yang demokratis diantara keduanya.
c) Kelancaran pelaksanaan bimbingan dan pencapaian hasil bimbingan diperlukan adanya subyek pelaksana bimbingan yang kompeten. Kompetensi itu diperoleh dari pendidikan khusus, ajar-latih, keterampilan serta pribadi dan sikap dasar yang meyakinkan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, khususnya bagi si terbimbing. Ini menunjukan pada keperluan adanya tenaga professional yang punya kemampuan/ kecakapan/ keterampilan dalam wujud penggunaan pendekatan metode dan teknik-teknik bimbingan yang memadai.
d) Bantuan diperuntukan bagi semua individu, semua peserta didik yang berada dalam kondisi tertentu yang memerlukan bantuan, namun mereka (peserta didik) memiliki kemungkinan untuk “bangkit” atau lebih maju sendiri selama atau sesudah pelayanan. Tidak hanya bagi peserta didik yang bimbang memilih kelompok program atau jenis pekerjaan/ karier, tidak juga hanya bagi peserta didik yang mengalami gangguan belajar dan tidak pula hanya bagi peserta didik yang mengalami salah-suai (maladjusted). Ciri semua peserta didik pada umumnya adalah memiliki kemungkinan untuk “bangkit diri” (self actualization) dan daya “nyata diri” (self realization). Memang diakui bahwa pemilikan hal-hal tersebut adalah berbeda derajatnya antara peserta didik satu dengan yang lain. Yang ini menimbulkan perbedaan diantara para peserta didik mengenai kecakapan memahami diri (self understanding), menerima diri (self acceptance) dan mengarahkan diri (self direction). Keperbedaan itu menimbulkan konsekuensi dalam hal derajat pengutamaan bimbingan pada setiap peserta didik, dan perbedaan jenis layanan yang diutamakan bagi berbagai kelompok peserta didik.
e) Bimbingan mempunyai tujuan “jangka pendek” dan tujuan “jangka panjang”. Tujuan jangka pendek merupakan seperangkat kumampuan yang diharapkan dicapai peserta didik selama dan setelah proses bimbingan diberikan. Tujuan jangka pendek ini antara lain : kemampuan si terbimbing memahami diri, menerima diri dan mengarahkan diri; kemampuan nyata diri yang diwujudkan dalam kecakapan memecahkan persoalan-persoalan, membuat pilihan-pilihan dan mengadakan penyesuaian terhadap diri dan lingkungan sesuai sesuai dengan tingkat perkembangan yang dicapainya. Adapun tujuan jangka panjang : bimbingan merupakan suatu patokan ideal yang diharapkan dicapai individu yang telah memperoleh layanan bimbingan, dengan pencapaian kesejahteraan mental yang optimal bagi individu (terbimbing) dan pencapaian kebahagian pribadi yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Tujuan jangka pendek bimbingan menjadi dasar bagi pencapaian tujuan jangka panjang. Hal ini membuat tujuan-tujuan jangka pendek yang efektif dapat memudahkan/ menunjang pencapaian kesejahteraan mental dan kebahagian yang ingin dimaksud
2.4 Peran bimbingan dan penyuluhan dalam
pendidikan
Peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah
mempelancar usaha-usaha sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Usaha untuk
mencapai tujuan ini sering mengalami hambatan, dan ini terlihat pada anak-anak
didik. Mereka tidak bisa mengikuti program pendidikan disekolah karena mereka
mengalami masalah, kesulitan ataupun ketidakpastian. Disinilah letak peranan
bimbingan dan penyuluhan, yaitu untuk memberikan bantuan untuk mengatasi
masalah tersebut sehingga anak-anak dapat belajar lebih berhasil. Dengan
begitu, pencapaian tujuan pendidikan lebih dapat diperlancar.
Kedudukan
bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan
Beberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan
dapat dikata bermutu adalah pendidikan yang mampu mengintregasikan tiga bidang
kegiatan utama secara efektif, yaitu: bidang administratif dan kepemimpinan,
bidang instruksional dan kurikulum, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan
konseling).
§
Bidang administratif dan
kepemimpinan
Bidang ini
merupakan kegiatan yang berkaitan dengan masalah administrasi dan kepemimpinan,
yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efesien.
§
Bidang pengajaran dan kurikuler
Bidang ini
bertanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan
bekal, pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada pesertadidik.
Pada umumnya
bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab
utama staff pengajar.
§
Bidang pembinaan siswa (bimbingan
dan konseling).
Bidang ini
terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam
upaya mencapai perkembangannya yang optimal melalui interaksi yang sehat dengan
lingkungannya.
Menurut Dr. Thari Musnamar, bimbingan dan penyuluhan
disekolah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau kemungkinannya
operasionalnya:
·
Bimbingan identik dengan pendidikan.
·
Bimbingan sebagai pelengkap
pendidikan.
·
Bimbingan dan penyuluhan sebagai
pelengkap kurikuler.
·
Bimbingan dan penyuluhan sebagai
bagian dari layanan urusan kesiswaan.
·
Bimbingan dan penyuluhan sebagai sub
sistem pendidikan.
2.5 Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar
Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak,yaitu kemampuan dan kecakapan membaca,menulis dan berhitung,pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian,yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh inisiatif,kreatifitas,dan kepemimpinan,ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi anak.
Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak,yaitu kemampuan dan kecakapan membaca,menulis dan berhitung,pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian,yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh inisiatif,kreatifitas,dan kepemimpinan,ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi anak.
Bimbingan
itu sendiri dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program
pendidikan yang mempunyai fungsi positif,bukan hanya suatu kekuatan
kolektif.proses yang terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses
penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian
terhadap situasi baru,mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri
dan meerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan
yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi
juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan
segala kebutuhan,minat dan kemampuan yang harus berkembang.
1. Tindakan preventif di sekolah dasar
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh para ahli bimbingan karena:
1. Tindakan preventif di sekolah dasar
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh para ahli bimbingan karena:
a.
kepribadian anak masih luwes,belum
menemukan banyak masalh hidup,mudah terbentuk dan masih akan banyak mengalami
perkembangan.
b.
orang tua murid sering berhubungan
dengan guru dan mudah dibentuk hubungan tersebut,orang tua juga aktif pendidikan
anaknya disekolah.
c.
masa depan anak masih terbuka sehingga dapat
belajar mengenali diri sendiri dan dapat menghadapi suatu masalah dikemudian
hari.
Bimbingan tidak hanya pada anak yang bermasalah
melainkan pandangan bimbingan dewasa ini yaitu menyediakan suasana atau situasi
perkembangan yang baik,sehingga setiap anak di sekolah dapat terdorong semangat
belajarnya dan dapat mengembangkan pribadinya sebaik mungkin dan terhindar dari
praktik-praktik yang merusak perkembangan anak itu sendiri.
2. Kesiapan
disekolah dasar
Konsep psikologi belajar mengenai kesiapan belajar menunjukkan bahwa hambatan pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat/terlalu lambat, untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus menerus perlu adanya penyuluhan untuk menumbahkan motivasi dan menciptakan situasi balajar dengan baik sehingga diperoleh kreatifitas dan kepemimpinan yang positif pada aktrifitas melalui penyuluhan kepada orang tua dan murid.
Konsep psikologi belajar mengenai kesiapan belajar menunjukkan bahwa hambatan pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat/terlalu lambat, untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus menerus perlu adanya penyuluhan untuk menumbahkan motivasi dan menciptakan situasi balajar dengan baik sehingga diperoleh kreatifitas dan kepemimpinan yang positif pada aktrifitas melalui penyuluhan kepada orang tua dan murid.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang
selanjutnya disebut konseli,
agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual). Adapun fungsi-fungsi dari bimbingan dan konseling adalah :
·
Pencegahan (preventif)
·
Pemahaman
·
Perbaikan (penyembuhan)
·
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
·
Fungsi penyaluran (distributif)
·
Fungsi adaptasi (adative)
·
Fungsi penyesuaian (adjuditive)
Landasan
dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Peranan
bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah mempelancar usaha-usaha sekolah dalam
mencapai tujuan pendidikan. Beberapa
kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan dapat dikata bermutu adalah
pendidikan yang mampu mengintregasikan tiga bidang kegiatan utama secara
efektif, yaitu: bidang administratif
dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikulum, dan bidang pembinaan
siswa (bimbingan dan konseling).
DAFTAR
RUJUKAN
Abdillah,
Irfad Faiq, 2012. HAKIKAT DAN URGENSI
BIMBINGAN DAN KONSELING. (online), (http://irfadfaiq.blogspot.com/),
diakses tanggal 23 Januari 2014.
Anonim,
2010. Perlunya
Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. (online), (http://artikel-makalahpend.blogspot.com/2010/05/perlunya-bimbingan-dan-konseling-di.html), diakses
tanggal 23 Januari 2014.
Huda,
Khaerul, 2012. URGENSI BIMBINGAN
KONSELING DALAM PENDIDIKAN. (online), (http://akademi-pendidikan.blogspot.com/2012/10/urgensi-bimbingan-konseling-dalam.html), diakses
tanggal 23 Januari 2014.
terimaksih sangat bermanfaat :)
ReplyDeleteSama2 kak :)
Delete