Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan
bahasa pertama (B1) sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif yakni
pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata
bahasa yang teratur rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak
telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus
memperoleh ‘kategori-kategori kognitif’ yang mendasari berbagai makna ekspresif
bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kausalitas, dan
sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap penguasaan bahasa lebih
banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua (PB2) daripada dalam pemerolehan
bahasa pertama (PB1).
Pemerolehan
bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah
memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa tersebut, bahasa anak
lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk tata struktur bahasanya.
Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan
orang tua atau kerabat dekatnya.
Gracia (dalam,
Krisanjaya, 1998) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan
mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak
dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit
(sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari
kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya sangat individual
dan kadang aneh seperti: “mamam” atau “maem” untuk makan, hal ini menandai
tahap pertama perkembangan bahasa formal. Untuk perkembangan berikutnya
kemampuan anak akan bergerak ke tahap yang melebihi tahap awal tadi, yaitu anak
akan menghadapi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan fonologi,
morfologi, sintaksis dan semantik.
Ada dua
pandangan mengenai pemerolehan bahasa (Mc Graw dalam Krisanjaya, 1998). Pertama
pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-tiba. Kebebasan
berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak menggunakan kata-kata
lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan
sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki
suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial
dan kemampuan kognitif pralinguistik.
Lenneberg
seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal (1969) mengatakan bahwa
perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak secara biologis. Pematangan
otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan
bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia memiliki warisan
biologis yang sudah ada sejak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi
dengan bahasa khusus untuk manusia. Bukti yang memperkuat pendapatnya itu,
antara lain:
a.
Kemampuan
berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi
manusia bagian otak tertentu yang mendasari bahasa. Tingkat perkembangan bahasa
anak sama bagi semua anak normal.
b.
Kelainan hanya
sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan bahasa anak.
c.
Bahasa tidak
dapat diajarkan kepada mahluk lain.
d.
Bahasa bersifat
universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantik dan sintaksis yang
universal.
Steinberg
(1990) seorang ahli psikolinguistik , menjelaskan perihal hubungan bahasa dan
pikiran. Menurutnya sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak dibangun
sedikit-demi sedikit apabila ada rangsangan lingkungan sekitarnya sebagai
masukan atau input. Input ini berupa apa yang didengar, dilihat dan apa yang
disentuh anak yang menggambarkan benda, peristiwa dan keadaan sekitar anak yang
mereka alami. Lama-kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Apabila
pikiran telah berbentuk dengan sempurna dan apabila masukan bahasa dialami
secara serentak dengan benda, peristiwa, dan keadaan maka barulah bahasa mulai
dipelajari.
Walaupun masih
terdapat perbedaan tentang teori pemerolehan bahasa anak, tetapi kita semua
meyakini bahwa bahasa merupakan media yang dapat dipergunakan anak untuk
memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain yang hidup di
masyarakat. Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan perkembangan
sosial anak dan karenanya erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial.
Agar anak dapat disebut menguasai bahasa pertama ada beberapa unsur penting
yang berkaitan dengan perkembangan kognitif anak, yaitu pemahaman tentang
waktu, ruang, modalitas, sebab akibat yang merupakan bagian penting dalam
perkembangan kognitif penguasaan bahasa ibu seorang anak.
·
Strategi
Pemerolehan Bahasa Pertama
Anak-anak
proses pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi. Strategi pertama
adalah meniru/imitasi. Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa dengan
berpedoman pada: tirulah apa yang dikatakan orang lain. Tiruan akan digunakan
anak terus, meskipun ia sudah dapat sempurna melafalkan bunyi. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa strategi tiruan atau strategi imitasi ini akan
menimbulkan masalah besar. Mungkin ada orang berkata bahwa imitasi adalah
mengatakan sesuatu yang sama seperti yang dikatakan orang lain. Akan tetapi ada
banyak pertanyaan yang harus dijawab berkenaan dengan hal ini.
Ada berbagai
ragam peniruan atau imitasi, yaitu imitasi spontan atau spontaneous imitation,
imitasi pemerolehan atau elicited imitation, imitasi segera atau immediate
imitation, imitasi terlambat delayed imitation dan imitasi dengan perluasan
atau imitation with expansion, reduced imitation.
Strategi kedua
dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti
keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa yang berpegang pada
pedoman buatlah sebanyak mungkin dengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda
peroleh. Produktivitas adalah ciri utama bahasa. Dengan satu kata seorang anak
dapat “bercerita atau mengatakan” sebanyak mungkin hal. Kata papa misalnya
dapat mengandung berbagai makna bergantung pada situasi dan intonasi.
Strategi ketiga adalah strategi
umpan balik antara strategi produksi ujaran (ucapan) dengan responsi.
Strategi
keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi ini anak
dikenalkan dengan pedoman, “Gunakan beberapa prinsip operasi umum untuk
memikirkan serta menggunakan bahasa” (hindarkan kekecualian, prinsip khusus:
seperti kata; berajar menjadi belajar).
Pengertian Pemerolehan Bahasa
Kedua
Pemerolehan
bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah
terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa
ibu. Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing. Khusus
bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli
atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan bahasa kedua
berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa
asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua. Bahasa kedua
biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh karenanya bahasa kedua
sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.
Terdapat perbedaan dalam proses
belajar bahasa pertama dan bahasa kedua. Proses belajar bahasa pertama memiliki
ciri-ciri:
- Belajar tidak disengaja
- Berlangsung sejak lahir
- Lingkungan keluarga sangat menentukan
- Motivasi ada karena kebutuhan
- Banyak waktu untuk mencoba bahasa
- Banyak kesempatan untuk berkomunikasi.
Pada proses belajar bahasa kedua
terdapat ciri-ciri:
·
Belajar bahasa
disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah
·
Berlangsung
setelah pelajar berada di sekolah
·
Lingkungan
sekolah sangat menentukan
·
Pelajar tidak
mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa yang dipelajari.
·
Bahasa pertama
mempengaruhi proses belajar bahasa kedua
·
Ada orang yang
mengorganisasikannya, yakni guru dan sekolah.
Strategi Belajar Bahasa Kedua
Dalam kaitannya
dengan proses belajar bahasa kedua perlu diperhatikan beberapa strategi yang
dapat diterapkan. Stern (1983) menjelaskan ada sepuluh strategi dalam proses
belajar bahasa, yaitu:
·
Strategi
perencanaan dan belajar positif.
·
Strategi aktif,
pendekatan aktif dalam tugas belajar, libatkan siswa anda secara aktif dalam
belajar bahasa bahkan melalui pelajaran yang lain.
·
Strategi
empatik, ciptakan empatik pada waktu belajar bahasa.
·
Strategi
formal; perlu ditanamkan kepada siswa bahwa proses belajar ini formal/terstruktruktur
sebab pendidikan yang sedang ditanamkan adalah pendidikan formal bukan alamiah.
·
Strategi
eksperimental; tidak ada salahnya jika anda mencoba-coba sesuatu untuk
peningkatan belajar siswa anda.
·
Strategi
semantik, yakni menambah kosakata siswa dengan berbagai cara, misalnya
permainan (contoh teka-teki); permainan dapat meningkatkan keberhasilan belajar
bahasa.
·
Strategi
praktis; pancinglah keinginan siswa untuk mempraktikan apa yang telah
didapatkan dalam belajar bahasa, anda sendiri harus dapat menciptakan situasi
yang kondusif di kelas.
·
Strategi komunikasi;
tidak hanya di kelas, motivasi siswa untuk menggunakan bahasa dalam kehidupan
nyata meskipun tanpa pantau, berikan pertanyaan-pertanyaan atau PR yang
memancing mereka bertanya kepada orang lain sehingga strategi ini terpakai.
·
Strategi
monitor; siswa dapat saja memonitor sendiri dan mengkritik penggunaan bahasa
yang dipakainya, ini demi kemajan mereka.
·
Strategi
internalisasi; perlu pengembangan/pembelajaran bahasa kedua yang telah
dipelajari secara terus-menerus/berkesinambungan.
Selanjutnya Rubin (dalam Stern,
1983) menyebutkan ciri-ciri pelajar yang baik ketika melakukan proses belajar
bahasa:
·
Ia mau dan
menjadi seorang penerka yang baik (dapat menerka bentuk yang gramatikal dan
yang tidak gramatikal)
·
Suka
berkomunikasi
·
Kadang-kadang
tidak malu terhadap kesalahan dan siap memperbaikinya; belajar setelah berbuat
salah
·
Suka mengikuti
perkembangan bahasa
·
Praktis, tidak
terlalu teoritis
·
Mengikuti
ujarannya dan membandingkan dengan ujaran yang baku, ini baik untuk pelafalan
·
Mengikuti
perubahan makna sesuai kontes sosial.
Kegunaan Bahasa Pertama dan
Kedua dalam Berbagai Konteks
Keterampilan Berbahasa Lisan
Dalam pembelajaran bahasa di SD, difokuskan pada
kemampuan siswa memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan
menyimak dan keterampilan berbicara.
v Keterampilan Menyimak
Dalam pengajaran berbahasa lisan dijumpai istilah
mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendengar diartikan sebagai menangkap
bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti mendengar sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Sedangkan menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan)
baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.
Menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengar, mengidentifikasikan, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai
hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana
bahasa tersebut. Dengan kata lain, menyimak berarti kemampuan memahami pesan
yang disampaikan melalui bahasa lisan. Hal ini bertujuan untuk melatih siswa
memahami bahasa lisan. Oleh sebab itu, lebih baik pemilihan bahan pembelajaran
menyimak disesuaikan dengan karakteristik siswa SD. Pembelajaran menyimak di
kelas rendah tidak disertai dengan
kegiatan menulis sebab kemapuan menulis siswa kelas rendah masih sangat
terbatas. Bahan simakan untuk kelas di SD berupa perintah, pertanyaan atau
petunjuk lisan yang menghendaki jawaban singkat atau perbuatan sebagai
jawabannya.
Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat menggunakan bahan
pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan yang disusun oleh
guru sendiri atau diambil dari media cetak. Setelah menyampaikan bahan
pembelajaran, guru secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi
materi yang sudah disampaikannya atau menugasi siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang sudah disiapkan lebih dulu yang disusun secara sistematis.
v Keterampilan
Berbicara
Keterampilan
Berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara
lisan. Sifat kegiatannya sangat kompleks, sebab banyak faktor yang terkait di
dalamnya. Faktor pemahaman dalam berbicara memegang peranan penting, karena
tanpa pemahaman kegiatan berbicara akan tersendat-sendat.
Dalam
pembelajaran siswa di SD, tujuan utamanya adalah melatih siswa dapat berbicara
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut,
guru dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan
sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara, misalnya menceritakan pengalaman
yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar,
mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain
peran, atau berpidato. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan bahwa
pembelajaran berbicara harus dikaitkan dengan pembelajaran keterampilan
lainnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi kalimat,
kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.
v Menulis
Salah
satu bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis perkembangan
anak dalam menulis terjadi secara perlahan-lahan dan perlu mendapatkan dan
meningkatkan bimbingan. Melalui menulis anak akan terlatih dalam menumbuhkan
dan meningkatkan kemampuan berkreasi.
Menulis
merupakana kegiatan membuat huruf (angka dsb) dengan pena. Menulis dapayt di
pandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian
aktivitas yang dimaksud meliputi: pramenulis, penulisan draft, revisi,
penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan (Rofi’uddin dan Zuhdi, 1998/1999:
76). Selain it Rofi’uddin dan Zuhdi, (1998/1999: 158) menyatakan bahwa menulis
adalah suatu proses menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu
tanggapan terhadap suatu pernyataan, keinginan, atau pengungkapan perasaan
dengan menggunakan bahasa secara tertulis.
Manfaat Pemerolehan
Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua
v Merangsang
anak yang masuk masa periode pertumbuhan.
Pada masa pertumbuhan, komunikasi amat diperlukan. Karena
dengan adanya komunikasi dari orang tua kepada anak dapat menimbulkan
rangsangan-rangsangan yang dapat membantu anak tersebut memperoleh bahasa
pertamanya, dimana bahasa tersebut didapat dari orang tua anak.
v Sebagai
bahan dasar orang tua untuk membekali anak-anaknya dalam berbicara.
Setelah seorang anak mendapatkan
bahasa pertamanya, tugas lanjutan orang tua ialah menambah pengusaan bahasa itu
sendiri. Dengan begitu meskipun belum maksimal, modal awal seorang anak dalam
berbahasa telah ia peroleh.
v Mengajari
anak untuk berkomunikasi secara baik dan benar.
Dengan adanya faktor lingkungan,
banyak bahasa-bahasa atau istillah-istilah baru yang belum dimengerti anak.
Tugas orang tua ialah membenarkan bahasa yang kurang tepat, karena bagaimanapun
adanya perubahan dan perbedaan bahasa dapat mempengaruhi proses belajar anak.
v Mempermudah
anak menerima lingkungan.
Dengan adanya bahasa yang telah
dipahami anak, memudahkan seorang anak menerima dan diterima di lingkungannya.
v Sebagai
jendela seorang anak untuk mengetahui dunia luar.
Adanya bahasa yang universal,
dengan berbagai macam asal dan sejarah bahasa. Membuat seorang anak mau tidak
mau harus bisa mengerti bahasa daerah atau bahkan negara lain. Seperti bahasa
inggris yang pada akhirnya nanti akan masuk dalamm materi pembelajaran siswa
SD.
v Sebagai
bekal anak di masa yang akan datang.
Setelah anak tersebut mendapat
pengetahuan atau penguasaan bahasa, hal itu akan berdampak positif bagi si anak
tersebut. Anak akan terbuka dan mudah menerima hal-hal yang baru dalam memahami
atau mendalami bahasa.
v Memudahkan
seseorang bertukar pikiran atau gagasan dengan maksud dan tujuan yang tepat.
v Mengurangi
atau meminimalisir adanya mist communication atau salah paham pada individu
satu dengan yang lainnya.
Selain
beberapa manfaat di atas, bahasa juga memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
·
Bahasa
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
·
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi
diri kita tidak diterima atau dipahami.
Penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain.
Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan komunikan yang menjadi
perhatian utama kita.
•
Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa
merupakan alat untuk merumuskan maksud kita.
•
Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan
semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain.
•
Dengan komunikasi, kita dapat
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan
apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.
•
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi
melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi
melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk symbol
bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki cirri khas tersendiri. Suatu simbol
bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda.
Misalnya kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa
Indonesia artinya kandang atau tempat.
•
Tulisan adalah susunan dari simbol
(huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna dan dituliskan. Bahasa lisan lebih
ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi
satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet
oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan
menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.
•
Bahasa sebagai sarana komunikasi
mempunyaii fungsi utama bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan
atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa
dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring
perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa
dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa
kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada
penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Sebagai contoh masyarakat
Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang
Merokok”, “Stop” untuk
“berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open
House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai
alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan banyak bahasa.
Contohnya :
Misalnya berupa :
Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi misalnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan, gambar, dsb).
Contohnya :
a. Bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
b. Adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
c. Alarm untuk tanda segera berkumpul
d. Bedug untuk tanda segera melakukan sholat
e. Telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
f. Simbol – tanda stop untuk pengguna jalan, simbol laki-laki dan perempuan bagi pengguna toilet.
g. Gambar peta yang menunjukkan jalan
h. Suasana gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya
i. Adanya asap tampak dari kejauhan pertanda kebakaran
j. Bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam) dsb.
Contohnya :
Misalnya berupa :
Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi misalnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan, gambar, dsb).
Contohnya :
a. Bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
b. Adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
c. Alarm untuk tanda segera berkumpul
d. Bedug untuk tanda segera melakukan sholat
e. Telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
f. Simbol – tanda stop untuk pengguna jalan, simbol laki-laki dan perempuan bagi pengguna toilet.
g. Gambar peta yang menunjukkan jalan
h. Suasana gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya
i. Adanya asap tampak dari kejauhan pertanda kebakaran
j. Bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam) dsb.
Contoh dalam kehidupan sehari hari
Misalkan
seorang satpam perumahan berjaga-jaga/ronda pada malam hari, pada saat sudah
mendekati jam 12.00 malam satpam tersebut membunyikan kentongan yang bertanda
bahwa waktu sudah tepat pukul 12.00 malam. Dan timbul timbal balik antara
satpam sama orang-orang disekitar perumahan.setiap orang jadi lebih mengerti
tanda waktu pergantian tersebut
Jadi, bahasa yang dipakai satpam tersebut berupa kentongan yang memberikan pertanda sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang sudah mestinya dilakukan.
Jadi, bahasa yang dipakai satpam tersebut berupa kentongan yang memberikan pertanda sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang sudah mestinya dilakukan.
Kesimpulan:
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula
merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat
menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa
dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri
kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
Your Affiliate Profit Machine is waiting -
ReplyDeleteAnd getting it set up is as simple as 1..2..3!
Here is how it works...
STEP 1. Choose affiliate products you intend to promote
STEP 2. Add some PUSH BUTTON traffic (this ONLY takes 2 minutes)
STEP 3. Watch the system grow your list and upsell your affiliate products all by itself!
So, do you want to start making money?
Your MONEY MAKING affiliate solution is RIGHT HERE